Selasa, 15 Mei 2012

FLASH FICTION


Selamat Tinggal, Bromo!

            Dengan rasa yang berdebar, ragaku terdiam bak patung yang berada didalam kedinginan hari. Dengan temperatur dingin nan sejuk dan lautan pasir yang luas, membentuk sebuah tempat pariwisata yang menarik.

            Kini aku menjadi saksi dengan kedua bola mataku sendiri yang melihatnya. Perjalanan matahari untuk menampakkan diri dari timur, di mana aku dan kedua orang tuaku bisa menatapinya di atas pijakan area kawah Gunung Bromo, yang bergaris dari utara-selatan lebih kurang 800 kilometer dan timur-barat lebih kurang 600 kilometer.

            Tempat asyik dan menakjubkan yang bisa di rekomendasikan sebagai salah satu tempat pariwisata paling menyenangkan di Indonesia, dengan segala keunikan yang tiada duanya.

            Bromo ini termasuk salah satu dari lima gunung di komplek pegunungan Tengger, Jawa Timur, Indonesia. Bentuk tubuhnya yang unik karena bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau biasa disebut lautan pasir yang memiliki luas sekitar 10 kilometer persegi.

            Sungguh tidak percaya, namun tetap harus mempercayainya bahwa aku telah berada di ketinggian sekitar 2.392 meter di atas permukaan laut, yang di ampit oleh empat wilayah kabupaten, antara lain; Probolinggo, Pasuruan, Lumaja dan Malang.

            kurasakan kesenangan ini yang sungguh luar biasa. Tapi tetap tidak berhenti untuk mewaspadai bahwa raga ini masih berada di area kawah Bromo, bukan di lingkaran berbahayanya yang berjari-jari 4 kilometer dari pusat kawah Bromo. Ya, tentu saja berbahaya karena jenis stratovulcano Bromo adalah aktif.

            Dan tidak berhenti begitu saja perjalanan wisata hebat ini. Aku terkesima setelah melihat banyak orang berbondong-bondong menuju bibir kawah Bromo untuk melempar sesajen ke dalam kawah. Membuat ketegangan hati ini semakin menjadi-jadi.

            Hingga saat waktunya pulang tiba dan kami dalam perjalanan menuruni Bromo, terdengar sebuah suara yang terkesan aneh bagiku. Ada apalagi? Tanyaku dalam hati. Banyak sekali hal-hal yang terjadi di sini, yang tidak kuketahui sebelumnya.

            Dengan cepat ayah dan ibu berlari menghampiri asal dari suara itu. Tanpa berpikir panjang aku pun mengikuti mereka dari belakang selama beberapa menit. Membuat napasku tersengal-sengal dengan pompaannya yang semakin cepat.

            Akhirnya kami tiba di mana suara aneh itu berasal. Ternyata asal suara itu terdengar dari pura yang berada di kaki Bromo. Terlihat olehku orang-orang yang seperti sedang melakukan upacara adat.

            “Oh, ini tempat upacara adat khas masyarakat Tengger. Hal ini hanya dikerjakan pada waktu-waktu tertentu saja,” bisik ibu padaku seakan hatinya mengetahui bahwa aku tidak mengetahui apa yang orang-orang itu lakukan.

            Diam-diam ayah malah mengambil foto dari belakang. Aku dan ibu hanya terkekeh kecil menatapi apa yang ayah lakukan.

            Huff…

            Banyak pengalaman menarik yang aku alami dari pariwisata hari ini. Sayangnya kami harus segera berpisah dengan Bromo. Memang, di mana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Semoga di lain waktu, aku masih diberikan kesempatan hidup dari-Nya untuk menjumpaimu lagi. Senang berkenalan denganmu.

            Dan selamat tinggal, Bromo!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar